Lompat ke konten
Home » Kanker Paru Paru

Kanker Paru Paru

Kanker paru paru merupakan jenis kanker yang berasal dari pertumbuhan sel – sel yang tidak terkendali atau keganasan di paru paru, berasal dari keganasan sel paru itu sendiri (primer) maupun keganasan dari organ lain yang (metastasis) (Joseph & Rotty, 2020).

Ilustrasi paru-paru yang terkena kanker akibat paparan asap rokok. (Sumber: National Geographic Indonesia/Lutfi Fauziah)

Klasifikasi

Kanker Paru dibagi menjadi dua subdivisi utama:

  • Karsinoma paru sel Kecil (Small Cell Lung Cancer): SCLC.
    Jenis ini merupakan kanker yang agresif dan cenderung cepat dalam proses penyebarannya ke bagian tubuh lain.
  • Karsinoma paru non-sel kecil (Non Small Cel Lung Carcinoma): NSCLC
    Jenis ini menecakup beberapa jenis seperti adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, dan karsinoma sel besar. NSCLC tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan SCLC dan cenderung lebih menyebar ke bagian organ lainnya pada tahapan lanjut.

Stadium

Tumor merupakan prognostikator untuk mengetahui luasnya penyakit, maka dari itu siste TNM (tumor-nodus-metastasis) dapat dijadikan sebagai instrumen untuk mengkaji luas penyakit. TNM dikembangkan oleh American Joint Commission for Staging and Result Reporting.

  • T (tumor): menggambarkan ukuran dan luas invasi kanker ke jaringan sekitarnya.
  • N (nodus): menyatakan apalkah kelenjar getah bening disekitar tumor telah terkena dan apakah telah menyebar ke kelenjar getah bening terdekatnya.
  • M (metastasis): menyatakan apakah tumor telah menyebar atau membuat metastasis organ bagian tubuh lainnya yang lebih jauh.
  • Sistem selanjutnya membagi karsinoma pada empat stadium (I – IV) dan dua substadium (A dan B)

Etiologi

Penyebab pasti dari kanker paru belum diketahui secara pasti, namun menurut Lombard & Doering, (1928) bahwa sebagian besar pasien dengan kanker paru didapatkan lebih banyak memiliki kebiasaan merokok dibandingkan yang tidak merokok. Sebanyak 90% kasus kanker paru – paru disebabkan oleh merokok, namun tidak semua perokok mengalami kanker paru – paru dan sebagian pasien kanker paru – paru tidak pernah merokok. Dua puluh lima persen pasien pada populasi tidak merokok mungkin dikaitkan dengan menghirup asap rokok secara pasif (perokok pasif).

Faktor lain yang berkontribusi memicu terjadinya kanker paru bisa dikarenakan genetik, populasi spesifik tertentu, pajanan virus kronis, pajanan terhadap arsenik, radon, abses, dan karsinogen lingkungan.

Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala kanker paru – paru dapat bervariasi tergantung jenis kanker (SCLC / NSCLC), lokasi, stadiumdan faktor individu lainnya. Beberapa gejala terkait dengan kanker paru – paru:

  1. Sesak Nafas, dikarenakan tumor kanker yang menghalangi jalan nafas.
  2. Batuk, batuk yang tak kunjung sembuh atau semakin parah adalah gejala yang umum pada kanker paru – paru dan dapat disertai dengan produksi dahak.
  3. Nyeri dada, terjadi akibat tekanan dari tumor pada struktur di sekitarnya, atau karena keterlibatan pleura (lapisan tipis yang melapisi paru-paru dan dinding dada).
  4. Nyeri tulang belakang, bilamana kanker sudah menyebar ke tulang.
  5. Hemoptisis, batuk berdahak yang disertai dengan darah.
  6. Anoreksia
  7. Penurunan berat badan
  8. Obstruksi vena cava

Pengkajian

Aktivitas Fisik
Gejala: Ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas biasa, dispnea saat beraktivitas
Tanda: kelesuan biasa terjadi pada stadium lanjut

Sirkulasi
Gejala: edema pada ekstremitas, takikardi.
Tanda: distensi vena jugularis dengan obstruksi vena kapa, bunyi jantung pericardial rub yang menandakan adanya efusi.

Integritas Ego
Gejala: perasaan takut terhadap tindakan pembedahan, menyangkal kondisi yang sedang dialaminya.
Tanda: kegelisahan, mengajukan pertanyaan secara berulang

Eliminasi
Gejala: Diare intermiten dikarenakan ketidak seimbangan hormonal (SCLC), meningkatnya jumlah dan frekuensi urine karena ketidak seimbangan hormonal (tumor epidermoid)

Makanan/Cairan
Gejala: Penurunan berat badan, nafsu makan memburuh sehingga menurunnya asupan makan, kesulitasn menelan, rasa haus sehingga meningkatnya asupan cairan.
Tanda: Kurus atau emasiasi terjadi pada stadium lanjut, edema (wajah, leher, dada, punggung) dikarenakan obstruksi vena kava, glukosa pada urine.

Nyeri
Gejala: Nyeri dada (biasa terjadi pada stadium lanjut), nyeri pada posisi tertentu, nyeri bahu atau lengan biasa pada SCLC atau adenokarsinoma, nyeri tulang atau sendi bisa disebabkan oleh kartilago sekunder, nyeri abdomen intermiten.
Tanda: perilaku distraksi (gelisah/menarik diri), melindungi area nyeri.

Pernapasan
Gejala: Riwayat merokok (paparan polusi, debu indsutri, oksida besi, debu batu bata, atau materi radio aktif), batuk ringan atau perubahan pola batuk biasa, produksi sputum), sesak nafas, suara serak atau berubah.
Tanda: Dispnea, peningkatan fremitus atau mengsi, krekels, hemoptisis.

Keamanan
Tanda: demam, memar, perubahan warna kulit.

Seksualitas
Tanda: Ginekomastia dikarenakan perubahan hormonal yang disebabkan SCLC, amenore karena ketidakseimbangan hormon SCLC

Riwayat Keluarga
Keluarga yang memiliki penyakit yang sama (kanker paru)

Pemeriksaan Diagnostik

Pre Operasi

CEA (carcioembryonic anatigen)
Untuk mengatahui protein sistem imun spesifik – kanker yang ada pada banyak adenokarsinoma, dengan meningkatnya kadar CEA pra operasi biasanya menunjukan gambaran yang buruk pada pasien kanker paru. Kadar CEA lebih dari 50 berindikasi pada kanker stadium lanjut

PTHPR (pemeriksaan terkait hormon tiroid)
Untuk mengukur pelepasan protein serupa dengan hormon paratiroid yang diproduksi oleh beberapa kanker. Kadar PTHPR dalam darah dapat membantu membedakan kanker paru dari pleura atau penyakit lainnya.

Hitung Limfosit
Untuk menentukan jumlah sel darah putih, karena penurunan kadar sel darah putih (limfositopenia) berhubungan dengan prosedur pembedahan. Selain itu juga dapat berhubungan dengan rentang usia pasien kanker paru stadium lanjut

X-Ray Dada (posteanterior dan lateral)
Untuk mengevaluasi organ atau struktur didalam dada, seringkali kanker paru ditemukan melalui pemeriksaan sinar-x. Nodul perifer dan perubahan hilar serta mediastinal dapat menunjukan limfadenopati, efusi pleura, dan obstruksi endobronkial dapat terlihat.

CT Thoraks
Metode penctriaan yang menggunakan sinar-x untuk menciptakan beberapa potongan gambar melintang dada dan abdomen atas. metode pemeriksaan ini biasa dilakukan untuk menindak lanjuti hasil temuan sinar-x dada yang abnormal.

PET (Posterior Emission Tomoghrapy)
Pemindain pencitraan nuklir yang digunakan untuk mengevaluasi dan menetapkan stadium kanker paru. Metode ini dapat membantu mengidentifikasi penyakit metastasis okulta di mediastinum yang berada ditempat yang jauh, serta lebih sensitif dan spesifik dibandingkan dengan pemindaian CT. Namun lebih baik mengkombinasikan antara CT dengan PET untuk menentukan ukuran dan lokasi tumor serta untuk menentukan stadium kanker.

MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Pemindaian menggunakan medan magnet untuk memproduksi gambar 2D atau 3D pada organ dalam manusia. Pemeriksaan ini untuk menegaskan abnormalitas yang terlihat pada sinar-x, serta untuk mendeteksi dini adanya lesi yang berukuran kecil (<1cm) yang tidak dapat terlihat pada sinar-x. Selain itu juga dapat mengkaji penyebaran kanker pada mediastinum , menggambarkan bentuk, ukuran, dan lokasi lesi, serta metastasi pada organ lainnya.

Fungsi Paru
Untuk memberikan informasi tentang luas abnorminalitas paru dan apakah ada udara yang terperangkap didalam paru. Meningkatnya volume paru dapat mengindikasikan udara yang terperangakap, terutama pada penyakit lanjut. Jika jalan nafas tersumbat oleh tumor, pola penyakit paru obstrukstif dapat memicu peningkatan atau penurunan FRC (Functional Residual Capacity).

Biopsi
Prosedur menggunakan forcep atau jarum atau mungkin dilakukannya insisi bedah terbuka, untuk dapat melihat langsung atau pemeriksaan mikroskopik dari sebagian kecil jaringan, sel atau cairan tubuh untuk mengetahui adanya sel ganas. yang dilakukan dengan mengambil sebagian kecil jaringan, sel, atau cairan tubuh pasien untuk diperiksa menggunakan mikroskop.

Pasca Operasi

AGD (analisis gas darah)
Pengukuran kadar oksigen pada darah arteri (PaO2), tekanan karbodioksida (PaCO2), dan asiditas (pH). Pemeriksaan ini untuk mengevaluasi status ventilasi dan status asam – basa guna menentukan kebutuhan terapi dan respon terhadap terapi

Oksimetri Nadi
Untuk mengukur kadar oksigen dalam protein hemoglobin pada darah atau disebut juga saturasi oksigen (SpO2). Nilai normal SpO2: 95 – 100 %.

HDL (Hitung Darah Lengkap)
Untuk mengukur komponen dalam darah termasuk hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), sel darah merah (RBC), sel darah putih/leukosit, trombosit, ,dan hitung jenis. Pemeriksaan ini guna mengidentifikasi terjadinya anemia (Hb/Ht rendah, RBW rendah) dan memungkinkan atau adanya infeksi bila perubahan jumlah RBW dan hitung jenis.

Diagnosis Keperawatan

D0003 Gangguan Pertukaran Gas

D0001 Ketidak Efektifan Bersihan Jalan Nafas

D0070 Nyeri Akut

D0080 Ansietas

D0111 Definisi Pengetahuan

Treatment/pengobatan/terapi medis

Tindakan untuk kanker paru tergantung pada stadium pasiennya, semakin rendah stadium makan semakin baik prognosisnya juga. Pembedahan merupakan terapi utama NSCLC stadium I – II, namun pada stadium III masih dapat dioperasi bilamana tumor masih bisa direseksi. Berikut prosedur pembedahan untuk tumor yang dapat dioperasi:

Pneumonektomi
Dilakukan untuk lesi yang berasal dari bronkus cabang utama atau bronkus lobar.

Lobektomi
Dipilih untuk karsinoma perifer yang terlokalisasi di lobus.

Reseksi baji segmental
Dilakukan untuk lesi yang lebih kecil dan berada dalam satu segmen dengan baik.

Reseksi laser endoskopik
Dapat dilakukan pada tumor perifer untuk mengurangi kebutuhan pemotongan melalui rusuk.

Terapi Fotodinamik
Dilakukan untuk mengurangi gejala seperti perdarahan atau dapat digunakan untuk menangani tumor yang sangat kecil.

Krioterapi
Instrumen digunakan untuk membekukan dan menghancurkan tumor.

Elektroterapi
Arus listrik yang digunakan untuk membakar (kauterisasi) dan menghancurkan tumor.


Review Artikel Jurnal 1

Judul               : Proses Adaptasi Dan Mekanisme Koping Pasien Kanker Paru Menurut Teori Callista Roy

Penulis            : Jelian Joan Minata Haumahu, Desi, M. Aziz Anwar

Jurnal              : Jurnal Ilmiah Keperawatan

Volume           :  9, No 2, Tahun 2023

Tahun              : 14 Januari 2023

Link Download: https://www.journal.stikespemkabjombang.ac.id/index.php/jikep/article/view/1541/927

Abstrak

Pendahuluan Penderita kanker paru dapat mengalami masalah psikologis saat menghadapi penyakitnya dan stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan penurunan kemampuan fungsi, koping, kecemasan dan mempengaruhi kualitas hidupnya. Model Adaptasi Callista Roy adalah model perawatan yang menjelaskan bagaimana orang dapat meningkatkan kesehatan mereka dengan mempertahankan perilaku adaptif danmengubah perilaku yang maladaptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses adaptasi dan mekanisme koping pada pasien kanker paru berdasarkan teori Callista Roy di RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, Jawa Tengah. Metode: penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif melalui teknik wawancara mendalam dan terstruktur dengan partisipan serta menggunakan instrumen panduan wawancara. Partisipan dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah tiga orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan dapat menerima keberadaan diri terhadap penyakit, rutin melakukan pengobatan di rumah dan di rumah sakit serta mendapatkan dukungan positif dari keluarga dan masyarakat. Kesimpulan: proses adaptasi yang dilakukan partisipan terhadap penyakit kanker paru memunculkan mekanisme koping adaptif dimana ketiga partisipan dapat menerima keberadaan diri terhadap penyakit, rutin melakukan pengobatan, serta mendapatkan dukungan positif dari keluarga maupun masyarakat berupa doa dan semangat.

Kelebihan

Pengangkatan tokoh keperawatan Calista Roy dalam topik penelitian sangat baik untuk terus mengembangkan teori – teori keperawatan dan mengenalkan kepada kita sebagai perawat untuk menjadi motivasi untuk terus mengemabngkan ilmu keperawatan.

Kekurangan

Subjek pada penelitian ini hanya sebanyak 3 orang dan semuanya laki – laki, oleh karenanya tidak ada pembanding dengan perempuan apakah teori calista roy dapat efektif untuk adaptasi dan mekanisme koping pada pasien kanker paru.

Review Artikel Jurnal 2

Judul               : Literatur Review: Pengaruh Rokok terhadap gambaran hispatologi Kanker paru

Penulis            : Marcelinus Angriawan, Reni Angeline, Rebecca N Angka

Jurnal              : Jurnal Kedoktern Meditek

Volume           : 28, No. 3, hal. 372-381

Tahun              : 2022-09-01

Link Download: http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Meditek/article/view/2342/2343

Abstrak

Kanker paru menempati urutan nomor dua jenis kanker yang paling sering terdiagnosis serta penyebab kematian nomor satu akibat kanker di dunia. Faktor risiko utama kanker paru adalah terdapatnya riwayat merokok pada pasien. Riyawat merokok memiliki pengaruh terhadap gambaran histopatologi pasien kanker paru. World Health Organization (WHO) 2015 menjelaskan terdapat lima klasifikasi dari tumor paru yaitu tumor epithelial, mesenkimal, limfohistiositik, tumours of ectopic origin dan tumor metastatik. Tumor epithelial merupakan kelompok tumor paru terbanyak. Tujuan dari literature review ini adalah untuk mengetahui apakah gambaran histopatologi pada pasien terdiagnosis kanker paru dapat dipengaruhi oleh riwayat merokok dari pasien tersebut. Metode yang digunakan pada studi ini dengan cara pencarian artikel dalam database jurnal penelitian, pencarian melalui internet, dan tinjauan ulang artikel menggunakan Google scholar dan Pubmed. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dalam literature review ini, dapat disimpulkan bahwa Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC) varian karsinoma sel skuamosa dan Small Cell Lung Cancer (SCLC) yang merupakan tumor neuroendokrin adalah jenis kanker paru yang memiliki hubungan paling erat dengan riwayat merokok, namun secara keseluruhan adenokarsinoma masih menjadi jenis kanker paru dengan prevalensi terbesar yang disebabkan oleh beberapa alasan. Kata Kunci: histopatologi, kanker paru, rokok

Kelebihan

Artikel ini terbit di jurnal yang sudah terindeks Sinta 3, pemilihan sumber rujukan pada artikel terbeut memiliki kualitas yang sangat baik dan publikasinya tidak lebih dari 10 tahun.

Kekurangan

Walaupun sudah didapatkan penyebab paling erat kanker paru berasal dari rokok, namun masih banyak faktor risiko lain yang dapat mempengaruhi knaker paru sehingga masih harus dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab pasti dari kanker paru.



Sumber

Angriawan, M., Angeline, R., & Angka, R. N. (2022). Literature Review: Pengaruh Rokok terhadap Gambaran Histopatologi Kanker Paru. Jurnal Kedokteran Meditek, 28(3), 372–381.

Haumahu, J. J. M., & Anwar, M. A. (2023). PROSES ADAPTASI DAN MEKANISME KOPING PASIEN KANKER PARU MENURUT TEORI CALLISTA ROY: Adaptation Process and Coping Mechanisms of Lung Cancer Patients According to Callista Roy’s Theory in Salatiga, Central Java. Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing), 9(2), 403–411.

Joseph, J., & Rotty, L. W. (2020). Kanker paru: Laporan kasus. Medical Scope Journal, 2(1).

Lombard, H. L., & Doering, C. R. (1928). Cancer studies in Massachusetts: Habits, characteristics and environment of individuals with and without cancer. New England Journal of Medicine, 198(10), 481–487.

Tempat Diskusi

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *